Teori perilaku konsumen
Di kutip dari buku Esis : Ekonomi jilid satu ; alam S ;
Teori perilaku konsumen
Hal : 38
Konsep dasar prilaku konsumen menyatakan bahwa konsumenpada umumnya selalu berusaha untuk mencapai utilityes yang maksimal dari pemakaian benda yang dikonsumsinya. Apa yang di maks;ud dengan konsep utilitas ? utilitas adalah derajat seberapa besar barang atau jasa dapat memuaskan kebutuhan seseorang. Atau dengan kata lain utilitas adalah ukuran kepuasan yang diterima dari penggunaan atau konsumsi barang dan jasa .
Hal 40
Utilitas adalah kata lain dari kepuasan , karena berkaitan dengan ukuran kepuasan dari penggunaan barang dan jasa maka utilitas juga sering di sebut sebagai nilai guna.
Masing masing konsumen merupakan peribadi yang unik . konsumen satu dengan yang lainnya mempunyai kebutuhan yang berbeda dan perilaku yang berbeda dalam memenuhi kebutuhannya , namun dari perbedaan itu ada suatu persamaan yaitu setiap konsumen berusaha untuk memaksimalkan kepuasannya dalam mengkonsumsi sebuah barang .
Untuk membahas perilaku dalam ekonomi kita mengenal teori perilaku konsumen yang terakomodasi dalam pendekatan cardinal dan pendekatan ordinal.
1. Teori pendekatan cardinal
Pendekatan cardinal juga di sebut pendekatan marginal utility. Pendekatan cardinal dalam analisis konsumen didasarkan pada asumsi bahwa tingkat yang di peroleh konsumen dari konsumsi suatu barang dapat di ukur atau di kuantifikasi dengan satuan tertentu seperti uang , jumlah atau buah. “ semakin besar jumlah barang yang di konsumsi semakin besar pula tingkat kepuasan konsumen” . konsumen yang rasional akan berusaha memaksimumkan kepuasananya dengan pendapatan yang dimilikinya
Lebih dari satu abad lalu beberapa pakar ekonomi telah mengembangkan gagasan mengenai konsep nilai guna. Dari hasil penenlitian Herman Heinrich Gossen mengenai nilai guna total dan niali guna marjinal yang terkandung dalam hokum Gossen I dan hokum Gossen II . nilai guna sendiri adalah kepuasan total yang di nikmati oleh konsumen dalam mengkonsumsi sejumlah barang tertntu secara keseluruhan sedangkan nilai guna marjinal atau kepuasan marjinal adalah tambahan kepuasan yang dinikmati dari setiap tambahan barang atau jasa yang di konsuminya .
Hal 40
a. Hukum gossen I
Hokum Gossen I berbunyi jika pemenuhan kebutuhan akan suatu barang yang di lakukan secara terus menerus , maka rasa nikmatnya mula-mula akan tinggi namun semakin lama kenikmatan tersebut akan semakin menurun hingga akhirnya akan sampai mencapai batas jenuh.
Teori ini juga di kemukakan oleh Wiliam Stanley Jevons, seorang ekonom dan matematikawan inggris.
Agar pemahaman tersebut dapat lebih jelas kita serap, anggaplah kamu menyukai icecream. Suatu hari kebetulan pamanmu dating dan menteraktir ice cream sepuas-puasnya.
Tentusaja kamu antusias menyambut tawaran itu dan membeli 6 buah es krim sekaligus . eskrim pertama nikamatnya bukan main apa lagi itu es krim kesukaan mu, eskrim kedua makin terasa enak. Kepuasanmu meningkat es krim ke tiga masih terasa enak meskipun tidak seenak eskrim pertama , dan sampai pada akhirnya eskrim ke 6 kamu mulai merasa jenuh. Situasi ini dapat kita lihat pada table peraga yang ada di bawah ini.
Karena hokum Gossen ini juga menyinggung tentang nilai guna marjinal , kadang-kadang hokum glossen I disebut juga hokum nilai guna marjinal yang semakion menurun
b. Hukum Glossen II
Bunyi hokum Gossen II konsumen akan melakukan konsumsi sedemikian rupa sehingga nilai guna marjinal setiap barang dan jasa yang di konsumsi akan sama . Artinya unit terakhir dari masing-masing produk yang di konsumsi memiliki nilai yang sama
Untuk memahami masalah ini mari kita lihat ilustrasi berikut , misalkan seorang pegawai memiliki gaji Rp. 200.000 pada saat dia menerima gaji dia mendapatkan uang pecahan Rp.20.000 sebanyak 10 lembar. Dia memiliki kebutuhan berturut-turut : makan dan minum, pakaian , sewa rumah, biaya transportasi dan kursus penggunaan uang dalam memenuhi kebuthn itu di gambarkan pada
jika kebutuhan makan dan minuman telah terpenuhi maka sendirinya uang yang masih ada uang yang masih ada di pergunakan untuk membeli pakaian. Jika pembelian pakaian terpenuhi, selanjutnya uang tersebut di gunakan untuk membayar sewa rumah dan sisanya untuk baiaya transportasi. Dengan demikian penggunaan biaya Rp.200.000 yang terdiri dari lebaran pecahan Rp. 20.000 mungkin akan dilakukan dengan komposisi sebagai berikut
a. Empat lembar untuk keperluan makan dan minum
b. Tiga lembar untuk keperluan pakaian
c. Dua lembar untuk keperluan sewa rumah
d. Satu lembar untuk keperluan transportasi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
sangat membantu